Terakhir semua orang tahu bualan angin yang memuakkan
Mereka bilang ini dan itu
Mereka membencimu, mencacimu
Kau tak peduli, biarkan saja mereka sesuka hati
Mereka mengalangimu, menghadangmu
Tapi semenjak kau adalah Matahari
Mereka tak mampu mencegahmu
Aku lihat diatas langit, di kala malam
Segelas teh hangat di depanku, kau menghilang
Beberapa waktu setelahnya aku larut dengan suara menyenangkan
Itu keluar dari tali bercabang yang pada telinga kupasangkan
Satu per satu sinar kecil mengintip dari atas
Itu para bintang, bermain riang
Sehinggalah hamparan langit itu mereka penuhi dengan malu-malu
Tak lama berlalu
Tampaklah Sang Bulan
Berwujud anggun bak putri kerajaan
Sinarnya tak berlebihan, terang berbinar-binar
Benderang dalam gelap meski terkadang hanya sebentar
Dialah yang ditunggu-tunggu kehadirannya
Bulan kau indah bagai mawar meski tak sampai harumnya
Kupandang cukup lama
Sepertinya ketagihan
Aku ingin berhenti jika bosan tapi entah kapan
Bulan dalam sinar perak jadi kudapan
Bulan dalam sinar perak melamun menatap ke Bumi
Bulan dalam sinar perak melamun mengamati Bumi
Jika aku punya permintaan yang pasti akan terkabul
Maka bolehkah aku meminta Bulan itu jadi temanku?
Lalu Ia bisa ceritakan apapun kepadaku selama Ia diatas sana
Aku tak bisa menjanjikan apapun untuknya
Tapi aku akan menjadi pendengar yang baik
Saat Ia malu-malu, marah, kesal, senang dan sedih
Saat Ia mulai terhanyut perasaan bahagia atau kala kepalanya mulai mendidih
Bulan dalam sinar perak
Menatapmu aku bagaikan raja dan kau adalah mahkotanya
5
Mini Blog: Bulan Dalam Sinar Perak
Terakhir semua orang tahu bualan angin yang memuakkan Mereka bilang ini dan itu Mereka membencimu, mencacimu Kau tak peduli, biarkan saja...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung. Silahkan kembali lain waktu dan silahkan tinggalkan komentar.