Bila Yang Teratur pergi membaur
Yang Bertafakur diam mengikuti alur
Bercampur dalam resonansi maju dan mundur
Serta secercah kesempatan akur dengan Yang Melindur
Yang Teratur tak ingin diganggu
Karena panggung Yang Bertafakur begitu penuh
Yang Melindur mengundurkan diri dulu
Menjejak langkah keluar dengan jenuh
Sudah lewat 30 menit dia disini
Tanpa suara, tanpa bicara
Tubuhnya berpeluh dan tak ada gunanya mengeluhi
Dia pergi sambil mengusap dahi tak bersuara
Yang Teratur duduk senyap dengan tulisannya
Yang Bertafakur memejamkan kedua matanya
Konsentrasi penuh pada keduanya
Yang Melindur tidak tahu apa yang dilakukannya
Dia berjalan menyusuri belantara kota
Otak kotak menjulang dari kehidupan ramai berpola
Yang Melindur bertanya-tanya siapa pembuatnya
Seolah ini baru pertama kalinya dia terkesima
Semua manusia hanya mengikuti jadwalnya
Parahnya lagi mereka sama saja seperti dirinya
Tidak tahu apa yang harus dilakukan
Hidup hanya untuk mencari makan
Tuan dan Nyonya, dari hari ke hari
Tuan dan Nyonya hanya mencari
Yang Melindur hanya menelusuri
Ternyata lembar uang mampu membuat iri
Bila mati tiada arti
Jiwa-jiwa yang tersesat dalam raga yang berjalan
Kekayaan adalah hantu kenyataan
Merasuk dan menguasai pikiran banyak orang
Yang Melindur kembali pulang
Namun kejadian yang sama kembali terulang
Yang Melindur pergi tidur
Berharap esok ada harapan baru yang menjulang
5
Mini Blog: Tiga Keajaiban (bagian 1)
Bila Yang Teratur pergi membaur Yang Bertafakur diam mengikuti alur Bercampur dalam resonansi maju dan mundur Serta secercah kesempatan a...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung. Silahkan kembali lain waktu dan silahkan tinggalkan komentar.